15 Desember 2016

Taujih Qur'ani 6

TAUJIH � QUR'ANI
0006/TQ-UA/ BK DKI
==============
"Ayat Perindu Syurga"

oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ
(فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)
Dari Firman Allah ﷻ di Surat As Sajdah ayat 17 bahwa :
Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang dirahasiakan (oleh Allah ﷻ untuk mereka di Syurga), yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.
Penjelasan ayat diatas diperkuat oleh hadist Qudsi yang artinya :
"Aku sediakan untuk hamba-hambaKu berbagai macam nikmat yang sebelumnya tidak pernah dilihat mata, di dengar telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia." (Al Hadits).

Mari sejenak kita renungi analogi seorang ulama berikut.
Analogi ini mengajak kita membayangkan betapa besar, luas dan agungnya nikmat Allah ﷻ di Syurga nanti.
Semoga dengannya kita semakin merindukan Syurga dengan kerinduan yang sedalam-dalamnya.

Jika anak TK usia 5 tahun. Berkata ; "Aku punya uang banyak." Maka berapa kira-kira yang terbayang di pikiran kita ? Pantasnya seusia anak TK 100 ribu atau 200 ribu, itu bagi mereka tentu sudah merupakan jumlah yang banyak.
Jika seorang pengusaha yang mengatakan, 'Saya punya uang banyak.' Maka presepsi yang ada dibenak kita tentu pantasnya sejumlah ratusan milyar.
Adapun jika seorang Presiden yang mengatakan, 'Saya punya uang banyak.' Maka pantas, jika yang terlintas di benak kita adalah bisa mencapai trilyunan rupiah (dalam kapasitas selaku pemimpin negara, sehingga nilai yang disebutkan adalah aset negaranya).
Sedangkan jika Allah Sang Penguasa Alam Semesta ini yang mengatakan, 'Saya mempunyai kenikmatan yang luar biasa nikmatnya, sampai tidak terjangkau oleh pikiran manusia.' Maka kira-kira sebesar dan sebanyak apa kenikmatan itu?

Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Subhanallah...
Wa lillahilhamd...

Saya yakin anda setuju dengan analogi di atas. Bahwa kenikmatan Syurga itu sangatlah besar dan luas, hingga Allah ﷻ sendiri yang mengatakan bahwa tidak akan dapat dijangkau oleh pikiran manusia.
Pertanyaannya ...
Sudahkah diri kita merindukan Syurga dari hati yang paling dalam ?
Sudahkah kita mampu membuktikan bahwa diri kita adalah benar-benar sang Perindu Syurganya Allah ﷻ ?
Bukti utama seseorang yang merindukan Syurga adalah memiliki semangat beramal sholih dan selalu menjaga amal tersebut. Ia juga mencari variasi amal sholih (yang disyariatkan), sehingga dirinya semakin mantab dalam taqwa.
Kemudian ia juga selalu melakukan penjagaan terhadap amal sholihnya itu agar terus dikerjakan disepanjang hayatnya.
Sang Perindu Syurga juga tidak pernah meninggalkan doa kepada Robb-nya, dengan menyerahkan sepenuh harapan kepada Robb-nya agar dirinya kelak dimasukkan sebagai Penghuni SyurgaNya.
Kerinduan dan pengharapan atas Syurga yang demikian besar ini telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
Sebagai orang yang beriman, antara merindukan Syurga dan takut terhadap Neraka harus berbanding lurus dengan proses tarbiyah keimanannya terhadap Hari Akhirat.

Mengapa pembinaan mental iman terhadap Hari Akhirat ini harus terus diupayakan dan harus selalu mendominasi pikiran kita dalam menjalani aktivitas di dunia ini ?
Karena pada kenyataannya tidak otomatis seorang Muslim itu di dalam hatinya sudah pasti merindukan Syurga dan tidak juga mereka otomatis memiliki rasa takut terhadap Neraka.
Oleh karena itulah seorang Muslim harus terus menjaga dan meningkatkan keimanannya terhadap Kehidupan Akhirat, yang mana hanya 2 kampung saja yang ada disana, yakni Syurga dan Neraka.
Saya sarankan kepada anda, berdoalah sepanjang hidup dengan 3 hal ini :
1. Meminta kepada Allah ﷻ agar menganugerahkan Husnul khotimah.
2. Meminta kepada Allah ﷻ agar Dia menerima Taubat kita.
3. Meminta kepada Allah ﷻ agar diberi hati yang istiqomah dan teguh dalam Dienul Islam sampai akhir hayat kita nanti.
Niscaya Allah ﷻ akan
mudahkan kita untuk memasuki SyurgaNya atas ridho dan rahmatNya.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

==============
Jakarta, 25 Okt 2016

Tidak ada komentar: